Paradoks Kuasa

 


Para penguasa dunia biasanya berjuang bagi kesejahteraan bangsanya. Tidak jarang mereka berhasil membangun imperium bangsanya sedemikian gagahnya. Rakyatpun bahagia, hidup tercukupi, sandang pangan papan melimpah, kehidupan sejahtera. Akan tetapi begitulah watak roda kehidupan yang terus berputar. Dari bawah menuju ke atas berputar lagi menukik ke bawah, begitu pula cara kerja kuasa, agaknya. 

Perjuangan akan selalu ada dalam kekuasaan demi meraih cita-cita luhur bangsa. Namun, di puncak peradaban itu selalu ada mata kehancuran yang mengintip kuasa. Menunggu waktu yang tepat untuk menerkam digdaya dan memamahnya menjadi remah-remah kecil. Disitulah paradoks kuasa, semu, tak perlu dibela mati-matian. Bahwa membela bangsa, berjuang bersama rakyat, disitulah sisa dari "yang ada" ala tradisi Parmenidesian. Sementara perubahan tak berhenti roda kuasa adalah "nilai perubahan" yang hidup dari tradisi Heraklitosian.

Raja dari rahim rakyat

Paling tidak terdapat dua sumber mengabarkan raja yang lahir dari rahim rakyat. Satu Rahuvana Tattwa, lainnya Arus Balik. Pertama ditulis Agus Sunyoto yang kedua merupakan hasil permenungan Pramoedya Ananta Toer. 

Maksud dari rahim rakyat adalah sosok raja yang membangun pengaruhnya dari bawah, mengalami perjuangan bersama rakyat, melawan musuh negara bersama rakyat. Lantas dengan pengaruh dan keterampilannya ia menjadi Pahlawan bangsanya. Ia berhasil memenangkan peperangan bersama rakyatnya, menumpas musuh-musuh dan mengangkat martabat rakyatnya. Pada ahirnya mereka yang bertransformasi menjadi "Pahlawan Rakyat" inilah yang disebut sebagai raja dari rahim rakyat.

Pada titik tertentu, benih penghianatan dari dalam akan muncul. Modus para penghianat ini membentuk sekutu dengan para musuh bangsa, mereka yang berkepentingan memerah bangsa, mereka yang keberatan melihat bangsanya digdaya. Para tikus inilah yang ahirnya menghancurkan bangsa dari dalam sekaligus dari luar.


Maharaja Rahuvana

Dialah Rahuvana putra Raja Lokapala Vishrava sekaligus Pandhita Agung, Kesini putri Raja Alengka, Sumali, sekaligus rsi yang menghancurkan tahta Indra. Rahuvana dididik secara ruhani oleh ayahandanya sehingga menjadi pemuja Siva sampai ahir hayat. Sementara dari Sumali, kakeknya, ia dididik ilmu tata pemerintahan. 

Pada waktunya, kekuasaan Alengka diteruskan oleh Rahuvana. Sebagai bangsa, sudah lama Alengka dan bangsa benua Jambhudvipa dijajah bangsa Arya. Telah lama Alengka menunggu anak bangsa lahir menjadi pahlawan, memutus rantai penindasan bangsa Arya.

Cita-cita wangsanya menjadi sumpah jabatan, ia bertekad menumpas wabah Arya di seluruh benua Jambhudvipa. Tak lama berselang, Rahuvana membawa pasukannya menuju Indraloka. Semua raja Arya yang menindas bangsa Dakhsa ia tundukkan di bawah tahta Alengka. Benua Jambhudviba serta samidera Salilabhuvana seluruhnya kembali menjadi milik bangsa Dakhsa. Kitab suci Veda kembali menggema dipelajari anak-anak Dakhsa.

Kerajaan Alengka membawahi banyak kerajaan. Sesuai sumpahnya, Rahuvana membangun kemakmuran rakyatnya. Sampai usianya hampir tujuh dasawarsa kerajaan yang dipimpinnya berubah menjadi imperium besar dari sebelumnya kerajaan yang terjajah.

Namun, keberkahan itu menjadikan rakyat Alengka malas. Pemujaan Siva sepi, penyakit masyarakat menggejala. Bangsa yang besar ini mulai rapuh dihinggapi penyakit. Paradoks kuaaa muncul. Kejayaan yang dicitakan justru melahirkan kemunduran keadaban rakyatnya. Semua terlena, Rahuvana lupa ajaran ayahnya, Vishrava, Raja Lokapala yang memilih menjadi pertapa saat menginjak usia senja, tentang hakikat ajaran Siva, tentang melepaskan dunia.

Benih kehancuran semakin sempurna ketika ada orang dalam yang hasud. Aktor penghianat itu apik dilakoni Bhisana. Bersama pasukan Rama, pengecut lain yang memanah Bali dari arah belakang. Alengka diserang, dibumihanguskan. Pertarungan besar yang menewaskan kshatriya agung Alengka hinga Maharaja Rahuvana. Saat semuanya telah terbakar, perjuangan membangung imperium besar ini runtuh saat cita-cita kuasa itu telah memeluk seluruh tumpah darah Jambhudvipa.


Senapati Wiranggaleng

Berbeda dengan Rahuvana, Senapati Wiranggaleng adalah anak kandung Awis Krambil wilayah Kerajaan Tuban. Sejak kecil dididik Rama Cluring kehebatan imperium Majapahit. Anak desa yang menjelma sebagai Senapati Tuban dipenuhi keberanian dan bela negara yang tak dapat diragukan lagi.

Ia pimpin pasukan perang Tuban menghadapi para perusuh hingga Peranggi (Portugis). Ia halau para pemberontak dengan kemampuannya. Ia antarkan Tuban pada tatanan baru. Berbeda dengan Rahuvana, Wiranggaleng merasa cukup dengan kuasa. Saat kuasanya berada di puncak, ia memilih cukup.

Wiranggaleng lebih memilih hidup di desa, menjadi petani bersama istrinya, Idayu. Membajak sawah, memburu kijang, membangun huma dengan rumah beratap ijuk. Ia gapai cita-cita mudanya yang sederhana; hidup damai di tengah hutan bersama istri tercintanya. Ditinggalkannya hiruk pikuk Tuban beserta diserahkannya kekuasaan Tuban pada Kala Cuwil panglima tempur pasukan gajah Wiranggaleng. Paradok kuasa kembali terjadi. Saat dipucuk kekuasaan, Wira memilih cukup. Memilih hidup damai di dalam hutan. 

Kira-kira -dari dua kisah ini- kekuasaan adalah realitas paradoksal yang semu. Bahwa nilai terpenting darinya adalah perjuangan bersama menggapai kemakmuran. Bersama anak bangsa memperjuangkan kesejahteraan, lantas merawatnya dengan penuh syukur. (Mfr)

0/Post a Comment/Comments