Cara Raprox Mengkritik Kebiasaan

 


Disaat dunia sosial maya maupun nyata penuh dengan orang rela apa saja untuk terkenal. Disaat itu pula kita butuh Raprox untuk mewakili setiap sambatan. Raprox, band indie yang lahir dari rahim kultur Pekalongan. Meski saya bukan ahli musik paling tidak saya termasuk orang yang gemar mendengarkan musik. Jadi saya ingin membagi pandangan saya tentang band yang satu ini.


Band yang berideologi rock sekaligus rap ini mengusung resolusi "Berani Tampil Wagu". Lahir pada 31 Desember 2005 diajudani Jay vocal 1, Wholly vocal 2, Agus gitar, Andipay gitar, Oemar bass, dan Haleem drum. Dengan lirik ngoko khas Kalonganan. Rima lagunya terdengar asyik, lekat ditelinga, sarat humor, sambat dan tentu saja wagu. Jangan salah. Dengan bahasa wagu, kritik sosial tersampaikan samapai ke akar rumput. Melalui lirik yang sederhana dan musik yang enak.


Tema lagunya tak jauh dari keseharian orang Kalongan. Mulai dari kang mbecak, batik, sampai soal kultur tiru-tiru. Saya suka cara "maido" band ini pada kultur yang menurut mereka maupun saya perlu dikritik. Seperti lagu Mbecak yang menyoroti penumpang becak yang suka menawar. Padahal tanpa menawar pun sebenarnya kita telah terbantu oleh kang becak. Dengan beban yang tak mungkin diangkut oleh moda transportasi lainnya sampai depan pintu rumah. Kebiasaan menawar ini dikritik habis oleh band ini. Dengan gaya sambat kang becak, Raprox maido "orang pelit" yang kalau nawar sampai tidak masuk akal. Menawar tidak masalah tapi ada batasnya. Dan jika memang tidak boleh nawar niatkan saja beramal. Toh siapa yang mau berpayah-payah menjadi kang becak? Kalau ndak mau ya wis genjot sendiri saja. Ngono ae kok sambat!


Pada hal sekecil itu sambatan kami tersampaikan ke khalayak ramai. Sekarang tanpa Raprox seolah-olah sambatan yang disampaikan tidak lagi mengasyikkan. Sambatan lewat story wa bukanlah sambatan yang mewakili suara banyak orang. Sambat harusnya sesuatu yang bisa diakses oleh semua orang. Agar supaya pesan yang coba disampaikan oleh sambat diterima dengan baik.


Kita perlu Raprox untuk maido kebiasaan buang sampah di sungai, untuk maido bocil-bocil yang gemar watsapan daripada belajar, untuk maido konten-konten spam di youtube, untuk maido outfit culture yang nggilani, untuk maido cah-cah SMA yang suka selpa-selpi di warkop tapi misquen karya. Kita butuh Raprox. Please! Come to us.


Budaya cangkrok sepi tanpamu. Siapa lagi yang akan meramaikan cangkrokan dengan menyanyikan "wagune pok-pokan", ngeroasting orang yang suka bilang "karepku ooo bebas ooo", supaya orang-gorang lebih peduli lagi dengan lingkungan sosialnya. Supaya cangkrok tidak kehilangan esensinya.


Suwun.

0/Post a Comment/Comments