Romancuk #3


Hari sudah pagi
Hari sudah pagi sekali padahal kemarin malam pekatnya begitu terasa. Aku tak akan menyoal tentang kopi. Sebab badanku tengah terbatuk tak terhentikan.

Dulu, jika aku sakit maka Jonggrang akan begitu perhatian. Aku sangat bahagia. Rupanya dia tidak tega kekasihnya terbaring  tak bertenaga. Terkadang ia membawakanku sepaket susu kental manis merek tertentu buat nutrisiku juga seplastik jajan yang gemar kumakan. 





Kini, semuanya menjelma dalam ruang hampa yang hening membisu penuh duka. Wajahnya semakin hari semakin memurung. Rahwana berkabung. 

Kata Pelukis
Rahwana. Kau tak akan pernah diijinkan menggambar dirimu berada diatas Prambanan bersandingkan Rara Jonggrang. Tidak ada satupun pengetahuan yang menuliskan itu. Dama sekali tak pernah terjadi. Ilusi, itu hanya ilusi fana. Percayalah padaku.

Keindahan bukan terletak antara warnamu dan Mataram. Warnamu adalah warna wangsa reksasa yang tak pernah ada satu pengetahuanpun menyetujuimu ada disini. Yogyakarta.

Kata Tuhan
Rahwana. Pada setiap malam Aku senantiasa setia menunggu munajatmu. Bagaimana bisa Kukabulkan doamu sedang Kurindu selalu pada kedatanganmu, kemiskinanmu pada-Ku. Setiap malammu adalah altar suci dengan cawan cinta yang kau persembahkan. Percayalah. Doamu sudah Kudengar, keterkabulan adalah hak-Ku. Maka jangan pernah menuntut-Ku. Aku tahu yang terbaik buatmu. Percayalah. Takdir bukan menyoal iya dan tidak. Percayalah. Ridho dan diridhai adalah tugasmu. Menjadi seorang yang rela. Percayalah. Aku sudah mendengar doamu bagkan sebelum kau meng-ada.





Kata Jonggrang
Bersaksilah. Kita akan bahagia selamanya. Setelah semua ini terjadi, berjanjilah kau akan bahagia selamanya. Aku akan bahagia melihatmu bahagia. 
Aku juga selalu mendengar doamu. Tenanglah. Jangan menyoal lagi tentang cinta. Kau tak akan pernah paham. Diamlah saja. Lala lala kata kata nada nada. Biar. Aku saja yang tahu. Selama batu-batu Prambanan masih kokoh berdiri selama itu pula akan ada pengabulan yang indah. Bahkan saat semua sudah hancur akan ada lagi pertemuan. Aku disini dari tanah kerajaan Padjajaran berkata padamu. Aku juga berdoa. Semoga. Ada jalan yang indah buat kita. Rahwana





Epik. Roman. Andai semua itu terjadi di alam nyata. Aku tak akan pernah menyoal. Buatku semua sama saja ada dan tidak ada bukanlah lagi soal. 
Ini sebenarnya tulisan apa? Penulisku benar-benar tak pernah berusaha membuatku tampak indah. Memesona. Dengan alur dan latar yang hebat. Penulisku tidak pernah berikhtiyar untuk itu. Padahal aku sangat berharap pada sebuah episode yang panjang hanya terisi kebahagianku dan Jonggrang.
Penulisku aku pesan padamu. Tuliskanlah keindahan pada kisahku. Aku sudah cukup lelah untuk menjalani peperangan dan kisah cinta. Tuliskanlah kebahagiaanku. Meskipun satu babak. Lantas aku mati. Biarlah.




0/Post a Comment/Comments