ROMANCUK #1 (EPISODE PEMBUKA)


Kitab Romancuk murni hasil jerih olah sastra saya. Sedikit banyak dari segi 'kengawuran' alur saya terinspirasi dari Rahvayana yang bak takdir, terus maju, kedepan, tak bisa dirediksi dan lepas. Begitu pula dengan Romancukku. Berasal dari gabungan kata Roman yang diimbuhi dengan 'Cuk' agar lebih terasa hidupnya. Roman bukan sembarang roman, tetapi sebuah peri kehidupan yang terus berdialog ;antara aku dan kau dalam Dia.






Saya kira kisah ini tak akan pernah terjadi persis seperti tak pernah mengiranya manusia akan diciptaka dan dinamai manusia. Semua mengalir begitu saja dan terasa sangat bebal. Takdir ini terasa berat dijalani namun merupakan sebuah kenikmatan tiada bandingan. Saat tiba-tiba saja angin Utara mengembus ke selatan. Saat tiba-tiba semua ini menjadi tentang sebuah kerinduan. Secuil saja namun sangat menggelilkan.






Saya tahu, Rahwana hanya jatuh cint pada Sinta yang merupakan alih rupa dari Dewi Widyawati. Saya sejak itu menjadi sadar bahwa betapa Rahwana jatuh cinta pada esensi, hakikatnya, asal wujudnya. Saya yakin seandainya sang dewi malih rupa menjadi batu Rahwana akan tetap mencintainya, entah batu kali, batu apung, atau batu granit sekalipun. Rahwana tetap mencintainya, yang dicintainya bukan lagi bentuk namun asal sumber yang satu. Aku jadi tergila-gila pada Rahwana sesosok pencinta sejati.






Saya tidak sedang berusaa menjodohkan Rahwana dengan Rara Jonggrang, sebab akupun tak tahu siapakah Rahwana dan Rara Jonggrang dalam naskah ini. Aku tak tahu mereka itu Rahwana dan Rara Jonggrang yang mana. Sebab, yang aku tahu mereka hanya ada begitu saja dan hidup. Persis seperti takdir yang mengalir begitu saja, terus maju kedepan dan selalu tak terduga.






Saya memilki keyakinan yang kuat bahwa Rahwana akan jatuh cinta lagi untuk yang kesekian kalinya pada orang yang berbeda namun dengan satu jiwa yang sama, jiwa sang Dewi. Aku hanya terbenak saja bagaimana saat itu ketika Rahwana tiba-tiba saja stress, galau dan mengharapkan sebua liburan untuk menenangkan diri lantas ia dengan sekelebatan mata telah sampai pada ujung selatan pulau jawa. Ia menyendiri di pantai Parangtritis Yogyakarta, atau hanya sepintas saja curhat dengan Nyai Ratu Kidul untuk melapangkan sesak dadanya.






Sekali lagi aku melihat Rahwana sebagai seorang yang tengah dirundung ujian oleh Sang Tuhan lantas ia pergi kesana-kemari mencari uluran pertolongan Tuhan. Lantas dalam sejenak lamunan saja, Nyai Ratu menyarankan Rahwana untuk sekedaran saja berjalan-jalan atau duduk sambil melihat-lihat kuningnya mentari sore di altar Prambanan. Rahwana dengan kegalauannya mengiyakan itu dan pergi ke Prambanan. Dan saat ia tengah duduk pada puncak Prambanan itulah ia melihat gigi gingsul sang Rara Jonggrang.



0/Post a Comment/Comments