Dari seorang wanita pula aku mencintaiNya
Kebanyakan
tersalahfahami oleh Manusia pengertian
mengenai konsep cinta. Sehingga pada
mimpi-mimpi malamku di Darul Khasan ia mendatangi Petunjuk yang senantiasa
setia menjawabi segala tanya darinya. Tadi siang Bab Muhammad dalam kitab Ibnu ‘Arabi itu terlalu mengiang
dalam benakku, selepas tidurku dua makhluk aneh itu kembali dating dan mulai
bercakap:
“Begini konsepnya, laki-laki tercipta langsung dari
tanah liat dan mendapat tiupan ruhNya, ungkapan cintaNya,”Kun”, maka Fayakun
membalas perasaan cinta. Maka perasaan cinta itu panas membakar, Api cinta yang
membakar jiwa. Ungkapan cinta melalui medium cahaya itu adalah Nur Sayyiduna
Muhammad. Kenapa harus cahaya, karena hanya cahaya yang mencipta ruang dan
waktu.”
“petunjuk masih berpanjang lebar,”Hakikat cahaya
mengandung partikel dan gelombang. Partikel yang dihasilkan dari getaran itu
menjadi frekuensi warna, getaran-getaran Nur Sayyiduna Muhammad itu menggetar
menggubah segala alam semesta. Dengan energi panasnya Nur itu menghidupkan
makhluk dengan capNya. Cahaya diatas cahaya itulah cahaya yang paling ujung
kemulyaanya, sehingga menjadi ungkapan cinta yang paling sempurna dari Yang
Maha Cinta. Ungkapan cinta itu terungkap dalam medium bahasa,”seandainya bukan
karena engkau wahai kekasihKu, tak Kuciptakan semesta raya ini”, begitulah yang
terjadi wahai Manusia.” Petunjuk seperti biasa
berpanjang lebar menjawabi tanya Manusia.
“Ungkapan keagungan Cinta, yang membenarkan puncak
kemulyaan cahaya cinta. Karena hanya cahaya yang memiliki partikel untuk
menembus segala ruang dan waktu, dan cahaya pula permulaan segala ciptaan yang
memiliki dualisme materi, partikel dan getaran. Agaknya efek Compton adalah
penjelasan paling logisnya, ketika foton muatan cahaya ditabrakkan dengan
lempeng logam maka akan menghasilkan efek fotolistrik yang menghamburkan muatan
atom. Muatan atom ini bagaikan dua partikel yang bertabrakan. Hasilnya adalah
hamburan cahaya yang terpantul dari logam tersebut.”
“Lebih
agung lagi ketika Allah mengungkap cinta melalui kata KunNya, cahayaNya yang
merupakan keagungan ufuk cinta berwujud Nur Sayyiduna Muhammad menubruk dengan
iradahNya menghamburkan segala maujud. Cahaya itu adalah ungkapan cinta yang
Maha Tinggi, kemudian cahaya itu dibungkus dengan sebuah kapsul isim mufrodNya.
Cukuplah bukti ilmu pengetahuan modern dan ilmu hakikat sebagai pengakhir
perdebatan materialisnya sifat cahaya. Bahkan cahaya itu adalah aspek material
dan ghaib yang terbungkus nama Tuhan tersebut.” Petunjuk menjelaskan secara filsafat segala yang diketahuinya dari
Guru Mulia.
“Selanjutnya, wahai kau Manusia. Apa hubungan antara
cahaya, Tuhan, laki-laki, dan wanita? Ketahuilah cahaya adalah ungkapan
cintaNya yang tertinggi kepada manusia, dan cahayaNya yang utama adalah cahaya
Sayyiduna Muhammad. Kemudian Allah menciptakan manusia pertama (Sayyiduna Adam)
sebagai seorang laki-laki yang didalamnya tertiup cahaya Sayyiduna Muhammad.
Maka daya tarik yang kuat antara seorang laki-laki dan Allah sebagai kekasih
begitu kuat. Sebab, manusia laki-lakilah yang merupakan awal kali ungkapan
cinta Allah kepada manusia itu diungkap. Sedangkan cahaya Sayyiduna Muhammad
adalah ungkapan keagungan itu sendiri. Ikatan cinta antara Allah dan seorang
laki-laki begitu besar, sebab luapan keberkahan cinta yang agung pertama kali
tercurah pada manusia laki-laki.”
Petunjuk masih tak bosan berpanjang lebar menjelaskan
kepada Manusia,”Hai,
manusia aku (Petunjuk) sedang tidak membahas tentang ikatan cinta. Tidak sedang
membahas produk sosialisme Barat. Tidak, tidak sama sekali sedang membahas hal
itu. Tidak sedang membahas tentang kepemimpinan ataupun warisan. Bukan hakku
membahas hal itu, aku sedang membahas tentang cinta. Ungkapan keagungan. Jika
membahas tentang kepemimpinan, tak usahlah aku bicara produk manapun, ajaran
Allah sudah terungkap melalui ajaran-ajaran kekasihnya. Bahwa seorang wanita
sekalipun boleh menjadi pemimpin. Kukatakan padamu wahai Manusia, kepemimpinan
bukanlah mengenai laki-laki dan perempuan, melainkan tentang ‘sifat’ sehingga
tak ada pembeda yang menghalangi seorang perempuan untuk memimpin.”
“Kemudian,
lantas dimana letak cinta seorang wanita yang mengantarkan pada Tuhan?” Tanya Manusia.
“Baik, aku lanjutkan. Tak lama setelah laki-laki
diciptakan, diciptakanlah wanita dari bagian tubuhnya. Maka wujudlah
Sayyidatuna Hawa, kekasih bagi Sayyiduna Adam. Sudah terjawab bukan? Cinta
seorang wanita begitu besar kepada laki-laki, sebab darinya dirinya terwujud,
dari ungkapan cinta Tuhan yang melalui medium laki-laki Tuhan mencipta seorang
wanita. Sudah barang tentu ikatan cinta wanita diturunkan dari cinta
laki-lakinya. Sehingga, ketaatan seorang wanita kepada Tuhan haruslah melalui
jalan ketaatan kepada seorang laki-laki (Suami). Inilah tiga ikatan cinta agung
Tuhan-Lelaki-Wanita. Tuhan dan lelaki merupakan ikatan kekasih yang terungkap
melalui Sayyiduna Adam. Kemudian dengan cintaNya kepada lelaki, Tuhan ciptakan
wanita dari bagiannya. Sehingga cinta lelaki kepada wanita menjadi terungkapkan.”
“Lelaki merupakan pertengahan antara cinta Tuhan dan
seorang wanita. Lelaki menerima cinta dari Tuhan untuk dirinya dan wanitanya.
Seorang lelaki itulah seorang ‘induk’. Lebih tinggi dari seorang ibu, yang membagikan
cintanya kepada wanita dan anak-anaknya. Sedangkan wanita mendapat cinta Tuhan
melalui ketaatan dengan lelakinya (Suami). Banyak yang menjadi bukti akan hal
ini, yang paling logis adalah aliran listrik yang disalurkan dari sumber utama
pembangkit (Pusat) pasti akan mengalir
ke rumah-rumah melalui pos-pos tenaga listrik (di daerah-daerah). Seperti
itulah aliran cinta berjalan dari Yang Maha Tinggi mengalir ke setiap
ciptaanNya; dari seorang lelaki, mengalir terus ke wanita dan anak-anaknya.”
“Seperti itulah wahai Manusia. Dari seorang Wanita pula kau akan memahami cintaNya.”
“Benarkah? Lantas Petunjuk, seperti apakah aku
harus mencintai wanita?”
“Haha... Itulah titik tersulitnya, awalnya kau harus
menemukan wanitamu dengan segala kemenangan.”
“Kemenengan?”
“Awal kemenanganmu adalah, ketika kau menemukan
wanita, dan engkau sudah menang dari ‘perang akbarmu’. Saat itulah kau akan menemukan cinta hadir
kepadamu untuk wanita yang kau temukan sebagai sebuah cahaya yang mencerahkan.
Mencerahkan dirimu sehingga kau dapat melihat dan dengan penglihatan itu kau
akan memahami bahwa berbuat maksiat bukanlah cinta, melainkan produk hegemoni
fitnah yang sedang nafsu lancarkan dalam perang yang tengah kau lakukan.”
“Suatu hari, kau akan menemukan wanita itu, entah,
karena kehendakNya terbebas dari ruang, waktu dan gugatan. Saat itu tiba, kau akan tunduk pada hukum
cinta yang ditiupkanNya. Kau akan mencintai wanita itu dengan tulus sebab dia
adalah ungkapan cintaNya. Suatu kedurhakaan ketika cinta wanita itu
disalahpahami sebagai sebuah kemaksiatan berwujud hawa nafsu berahi, wujud
hegemoni diri yang kalah dalam peperangan akbar melawan Nafsu.” Panjang lebar Petunjuk mejelaskan.
“Cinta seorang lelaki kepada wanita selalu tulus jika
bersumber dari luapan ketaatan kepada seorang Maulana Guru. Tugasmu sekarang
Manusia, temukanlah Maulana Guru yang akan membimbingmu ke jalan cinta yang
suci.”
“Wanita
adalah lambang kejayaan, dirinya layaknya malam yang penuh rahasia dan misteri,
tetapi pada saat yang bersamaan dia adalah cahaya sebab dirinya adalah ungkapan
cinta melalui KunNya. Wanita adalah Cahaya pada Malam penuh Misteri yang
senantiasa dikenal menjadi pancaran ungkapan cinta.” Tutup Petunjuk dengan sebuah kesimpulan yang lagi-lagi sama.
Post a Comment