Bagian I
1. Sembungjambu; tanah seribu wali, tanah terberkahi.
Tidak berlebihan jika julukan “Sembungjambu; tanah seribu wali, tanah terberkahi” disematkan pada sebuah desa pinggiran dari kecamatan bojong kabupaten pekalongan. Desa yang luasnya..... dihuni sekitar... memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak lama. Desa ini sudah ada sebelum masa kedatangan penjajah Belanda di Indoesia.
Dengan usianya yang sudah begitu tua ini, timm nguri-nguri budhaya berikhtiar untuk mengumpulkan puing-puing sejarah yang bertebaran di desa Sembungjambu semenjak awal berdirinya. Namun, karena keterbatasan kami dalam mencari sumber-sumber terpercaya, maupum artefak-artefak sejarah yang ada. Maka kami membatasi kajian sejarah yang lebih dikenal istilah babad ini dari sudut pandang ulama yang berjuang mengajarkan Islam disini. Sebab hubungan yang kuat bertautan antara sejara desa dengan para ulama terdahulu pejuang keagamaan di desa Sembungjambu ini.
Persebaran makan beliau cukup merata; dari ujung barat (Grecek) sampai Sembungjambu bagian Utara (Ceper). Setiap jengkal tanah desa Sembungjambu terdapat para ulama yang berperan menjaga keagamaan, jika tidak mau gegabah menyebut beliau-beliau sebagai wali. Sebab banyak dari beliau sendiri yang tidak mau disebut demikian; karena kewalian adalah urusan pribadi dengan Allah yang tak boleh kita usik. Ini adalah bagian dari pengormatan kita kepada perintah beliau.
Penulisan buku ini sangat terilhami dari kesadaran yang mulai muncul pada diri kami (santri Darul Chasan). Terhitung pada penghujung tahun 2016 tim nguri-nguri budhaya digagas oleh kami. Dan mulai 17 Januari 2017 tim ini mulai bergerak mencari informasi dari sumber-sumber terpercaya guna membangun sejarah desa yang ternyata sudah dimulai sejak sangat lama.
Ahirnya, kami dari tim nguri-nguri budhaya mengharap agar buku ini bermanfaat bagi seluruh warga desa Sembungjambu yang senantiasa dijaga oleh beliau-beliau para pasak tanah Sembungjambu.
Semoga Allah memberikan kebaikan kepada kita dan mampu menjaga warisan dan tradisi dari para leluhur yang telah mengajari kita untuk menjadi hamba dari Yang Maha Kasih. Dan semoga kasih sayang dan penjagaan dari beliau para leluhur senantiasa mengalir kepada kita, anak cucu kita dan generasi setelah kita; mereka penjaga agama di tanah seribu wali. Aamiin.
Baik lansung saja, kami sampaikan beberapa sejarah dari beliau. Sebenarya terlalu banyak wali yang tersebar di tanah Sembungjambu. Namun karena penghormatan kepada beliau-beliau, maka beberapa nama yang tidak diizinkan untuk ditulis tidak kami sampaikan. Mungkin generasi setelah kami mendapatkan izin. Semoga saja, karena itu yang kita harapkan. Agar kita bertabarrukan dan memetik buah kemanfaatan dari menhaga makam beliau-beliau.
Dari sekian banyaknya ulama yang berjuang di tanah Sembungjambu, yang sudah ‘dibukakan’ dan diberitahukan kepada tim ada sekitar 40 makam yang tersebar. Lagi-lagi karena penghormatan tidak semua dari wali itu diketahui sejarahnya. Selain empat puluh tersebut masih banyak lagi makam yang tersebar dan tidak mau ‘diketahui’. Dari kesemua makam yang sudah jamak diketahui adalah trio wali, Mbah Kiai Gede Ceper, Mbah Datuk dan Mbah Joyo. Ketiganya sudah diketahui sejak lama oleh masyarakat Sembungjambu. Bahkan sudah dibuka untuk ziarah serta diadakan khoul bagi memeringati dan tabarrukan kepada beliau.
Selain ketiga dari beliau tentu masih banyak yang ‘tertutup’. Hanya dengan mengharap kepada Allah dan dengan kerendahan hati maka izin dari beliau akan kita dapatkan. Selanjutnya yang terbaru yang dapat kita gali sejarahnya adalah Ki Ahmad dan Kiai Abdullah Had. Dengan ditambahnya dua Penghulu tanah Sembungjambu ini, jadilah total yang sudah kita ketahui sebanyak lima auliyaullah. Semoga seiring berjalannya waktu kesemua dari beliau mengijinkan kepada kita untuk mengakses dan tabarrukan kepada sejarah kehidupan yang tentunya sangat bermanfaat bagi kita.
Namun sangat jelas, batasan yang tidak boleh kita langgar. Yaitu menyalahgunakan keberadaan situs-situs sejarah beliau. Bertabarrukanlah sepuas hatimu pada beliau-beliau dan segala yang berhubungan dengan beliau, bukan pada jin disekitar areal makam beliau. Kedua harus khusnudzan dengan keberadaan beliau. Artinya benar salahnya bukan tanggungjawab kita. Yang terpenting kita yakin bahwa disitulah Allah menurunkan karunianya kepada kita dengan diutusnya para wali di tanah ceper. Kami harap anugerah ini dimanfaatkan seluas-luasnya. Tentu bagi kita yang senantiassa mengharap kebaikan dari Allah dan hati yang terhubung dengan para orang shaleh.
Sembungjambu kita ini tanah bukan sembarang tanah. Didalamnya mengandung seribu wali. Sembungjambu; tanah seribu wali, tanah terberkahi.
Post a Comment