![]() |
Knud Illeris |
Berdoa dulu ya...
Baik, sebelumnya perlu kalian ketahui bahwa Knud Illeris adalah seorang teoritis bidang pendidikan kontemporer termasyhur di Skandinavia. Sudah sejak 1970 dirinya mengembangkan teeori pembelajaran mutahir, dan pada 1990 dirinya mengembangkan teorinya sendiri tentang pembelajaran yang ia sajikan dalam bukunya The Three Dimension of Learning. Pada 2006 Knud Illeris kembali meluncurkan sebuah buku syarah dari buku pertamanya yang ia beri judul How We Learn pada konferensi di Kopenhagen.
Baik, kita lanjut..
![]() |
Hierarkis Proses Pembelajaran Knud Illeris |
Menurut Illeris, kita harus menyadari bahwa pembelajaran terbentuk dari integrasi dari dua proses dasar yang saling berinteraksi. Pertama adalah proses interaksi eksternal antara pembelajar dan lingkungan sosialnya, kultural atau materialnya. Serta yang kedua adalah interaksi internal yang berwujud elaborasi dan akuisisi.
Selanjutnya, ada tiga dimensi pembelajaran yang harus dipahami. Paling tidak ada tiga dimensi pembelajaran, yaitu Dimensi Isi, Dimensi Insentif dan Dimensi Interaksi.
Oke, yang pertama (Dimensi Isi), berkenaan dengan apa yang dipelajari. Bukan hanya pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga ada banyak hal lain seperti opini, wawasan, makna, sikap, nilai, cara berperilaku, metode, strategi dll. Semua itu dapat berkontribusi bagi pembentukan pemahaman dan kapasitas pembelajar. Dalam hal ini pembelajar berusaha untuk mengkontruksi makna dan kemampuan untuk menghadapi tantangan kehidupan-praktis dan dari situ pula fungsionalitas personal seutuhnya pun menjadi berkembang.
Dimensi insentif ini menyediakan, mengerahkan dan mengarahkan energi mental yang perlu agar terjadi proses belajar. Bentuknya semacam perasaan, emosi, motivasi dan kemauan. Dimensi ini terutama berfungsi untuk menjamin kontinuitas keseimbangan mental pembelajar dan pada saat yang sama mengembangkan kepekaan (sensivitas) personalnya.
Kedua dimensi diatas sangat dipengaruhi oleh ‘impuls’ yang berasal dari interaksi-integrasi dalam proses internal tadi. Dapat dikatakan bahwa isi pembelajaran selalu terobsesi oleh insentif yang ada. Dan, insentif juga selalu dipengaruhi oleh isi. Atau dalam bahasa psikolog kontempoper adalah ‘adanya hubungan yang kuat antara area kognitif dan area emosi’.
Dimensi interaksi menyediakan impuls-impuls yang memicu proses belajar. Ini bisa berlangsung dalam bentuk persepsi, transmisi, pengalaman, imitasi, aktivasi, partisi, dll. Dimensi ini berlaku untuk mewujudkan integrasi-personal dalam komunitas dan masyarakat; serta membangun sosialitas pembelajar.
Yap, medan tarik-menarik dan tak terpisahkan dari Dua proses dasar dan tiga dimensi inilah yang mewujudkan proses pembelajaran secara umum; dan proses belajar secara spesifik (meliputi perkembangan fungsionaitas, sensibilitas dan sosialitas) yang juga menjadi komponen umum dari kompetensi. Inilah pengantar dalam memahami teori pembelajaran kontemporernya Knud Illeris.
Oke, sebagai penutupnya, bahwa setiap dimensi mencakup segi mental dan jasmaniah; sejatinya pembelajaran dimulai dari tubuh dan berlangsung melalui otak (yang juga bagian tubuh), dan hanya secara berangsur-angsur segi mental memisah sebagai satu area atau fungsi tersendiri namun tidak pernah berdiri sendiri.
Oke, selesailah sudah kita belajar teori pembelajarannya Illeris, semoga bermanfaat.
Post a Comment