![]() |
Tips Memulai Paragraf Pertama dalam Cerita Pendek (Cerpen) agar Tembus ke Media Massa |
Paragraf pertama dalam cerpen menjadi sangat penting posisinyabagi penulis untuk diperhatikan dengan seksama. Paragraf pertama sudah selayaknya menjadi jembatan antara pembaca dengan naskah cerpen. Sebab paragraf pertama sangatlah penting untuk mengantarkan pembaca kepada paragraf-paragraf selanjutnya. Oleh karena itu, perlu bagi setiap penulis untuk membuat paragraf pertama semenarik mungkin. Sehingga minat pembaca akan masuk kedalam cerita dan selanjutnya pembaca akan membacanya sampai akhir paragraf. Berikut beberapa tips untuk memulai paragraf pertama dalam cerpen:
1. Dimulai dengan mendeskripsikan seorang tokoh
Seringkali penulis cerpen memulai paragraf pertamanya dengan penggambaran sosok tokoh dalam naskah. Mungkin ini dapat menjadi solusi bagi anda yang kebingungan untuk memulai menulis cerpen. Agar lebih memahami jenis paragraf yang satu ini mari kita simak naskah cerpen berikut ini,
“DI KAMPUNG ini, tak ada yang tak kenal Sangkan. Laki-laki berperawakan tinggi, bertubuh kurus, wajah tirus dengan tulang pipi keras itu memang membuat gentar setiap orang. Matanya sama sekali tak enak saat bertatapan dengannya. Mata yang tak teduh, yang kadang redup karena minuman keras yang merasuk ke tubuhnya, terkadang garang karena amarah.”
Pada cerpen berjudul “Sangkan” karya Dianing Widya yang dimuat dalam Media Indonesia pada tanggal 21 Juni 2015 ini, paragraf pertama diawali dengan latar tempat. Kemudian secara detail lebih banyak menerangkan atau menggambarkan sosok tokoh yang bernama Sangkan dalam cerpen.
Penggambaran itu dimulai dari nama tokoh tersebut, yaitu seorang lelaki yang bernama Sangkan. Kemudian dilanjutkan dengan menggambarkan ciri-ciri fisiknya, yaitu sosok Sangkan yang merupakan seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, bertubuh kurus, wajah tirus dengan tulang pipi keras.
Kemudian penulis menerangkan watak Sangkan yang suka minum-minuman keras dan juga bersifat sangat emosional juga ditakuti dengan menuliskan, bahwa Sangkan itu sosok yang membuat gentar setiap orang. Hal itu dikuatkan lagi dengan ungkapan penulis,”Matanya sama sekali tak enak saat bertatapan dengannya.”
.
2. Dimulai dengan mendeskripsikan suatu kejadian yang menimpa tokoh.
Paragraf pertama sebuah cerpen selain dimulai dengan menggambarkan tokoh dapat juga dimulai dengan menggambarkan latar kejadian yang dialami tokoh dalam cerpen. Seperti pada naskah cerpen berikut ini,
”DAPAT dikatakan ia buta sejak lahir. Tapi sebenarnya, ketika lahir ke dunia, matanya masih normal. Namun di malam pertama ia tidur, sesuatu yang entah apa, mencuri matanya. Hingga pagi-pagi saat orangtuanya bangun, mendapati bayinya sedang menangis dengan lubang mata yang kosong!”
Paragraf pertama dalam cerpen yang berjudul “Pagar Batu” karya Yudhi Herwibowo yang dimuat oleh Media Indonesia, pada 9 November 2014 ini dimulai dengan menggambarkan situasi dari seorang tokoh dalam cerpen yang kehilangan matanya. Hal ini sangat menarik, karena pembaca akan merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh pertama. Sehingga suasana hayi pembaca akan masuk kedalam verita dan akan membaca paragraf demi paragraf dalam cerpen ini.
3. Dimulai dengan pertanyaan
Dalam cerpen berjudul “Sunat” karya Sunlie Thomas Alexander yang dimuat oleh Jawa Pos pada 21 Juni 2015. Penulis memulai paragraf pertama dengan sebuah pertanyaan. Mari kita simak paragraf pertama dalam cerpen, berikut ini:
“PERCAYAKAH Anda? Kalau di kampung halamanku, khitan atau yang lebih kerap kita sebut sunat, tak hanya membuat anak-anak Melayu menjelang akil baliq menangis ketakutan setiap kali mendengarnya, tetapi juga anak-anak Tionghoa. Ya, kendati mereka mungkin tak bakal mengalaminya.”
Paragraf pertama karya Sunlie itu diawali dengan pertanyaan yang menarik pembaca untuk masuk kedalam cerita. Pertanyaan itu berkaitan dengan ide dasar dalam cerita. Hal itu terasa unik sebab, dengan sangat halus penulis membawa pembaca masuk justru melalui pertanyaan, yang sekaligus juga berfungsi sebagai pernyataan yang menegaskan keadaan anak-anak di kampung halaman tokoh aku yang takut ketika akan disunat.
Demikianlah ngaji sastra pada kesempatan kali ini. Masih banyak lagi jenis-jenis paragraf pertama yang dapat dijadikan pembuka cerpen. Paling tidak tiga jenis diatas dapat dijadikan acuan para pemula untuk menulis cerpen.
Pekalongan, 2 September 2015
Mantap khi,,,jgn lupa kunjung di ardiansyahbs.blogspot.com
ReplyDeletePost a Comment