Ngaji sastra bareng Sastrawan di Baitul Kilmah.

               
               
             


Ngaji sastra bareng Sastrawan di Baitul Kilmah.

                Mulai tanggal 21 Juni 2015 sebanyak dua puluh tiga mahasiswa STAIN Pekalongan berangkat dari Pekalongan menuju Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Sewon, Bantul, Jogjakarta. Mahasiswa dikirim ke Baitul Kilmah atas inisiatif dari Kaprodi KPI Muhandis Azzuhri, Lc., MA untuk menjadi santri dalam berproses kreatif menjadi seorang sastrawan handal.
                Nyantri berakar dari kata santri yang berkembang sejak zaman Hindu-Budha, yaitu kata cantrik. Kata cantrik dapat dipahami sebagai orang yang  menekuni ilmu agama. Kemudian zaman Islam masuk menggantikan Zaman Hindu-Budha, dan kata cantrik pun yang berkonsonan C berubah S  menjadi santri dan kata Cantrik berubah menjadi Santri. Kata santri memiliki arti tidak jauh berbeda dengan Cantrik yaitu orang-orang yang menekuni ilmu keagamaan. Saat ini kata santri memiliki pergeseran dan penyempitan makna hanya untuk orang-orang yang menekuni ilmu agama Islam di pesantren-pesantren tradisional Nusantara, dan merujuk pada suatu jenis tradisi intelektual khas pesantren indonesia.
                Tetapi jika diamati pada perkembangannya sekarang, kata santri tidak hanya merujuk pada orang yang belajar ilmu agama di pondok pesantren tradisional saja. Akan tetapi melebar pada siapa saja yang belajar pada kajian ilmu apapun di luar lembaga pendidikan formal. Seperti mahasiswa STAIN Pekalongan yang dikirim ke Pesantren Kreatif milik penulis novel Sang Penakluk Badai, Aguk Irawan MN.
                Para mahasiswa tersebut nyantri pada sastrawan senior di Yogyakarta, mulai dari yang termuda sebut saja Imam Nawawi, sampai yang senior Matori A Elwa. Disini, sangat ditekankan proses kreatif dari setiap individu, yaitu menulis, menulis dan menulis. Dibilang nyantri karena hampir seluruh pemateri adalah santri dari pondok pesantren yang menjelma menjadi sastrawan. Selain itu, konsep pendidikannyapun mirip sekali dengan santri di pondok pesantren. Mulai dari asrama, masak sampai ke ritus ibadah.
                Para pemateri pada pesantren ini merupakan orang-orang yang sudah merasakan asam-garam dunia sastra. Seperti pada bahasan puisi contohnya, Kang Matori menjadi Insprator dalam proses kreatif yang telah dijalaninya. Beliau merupakan salah satu penyair nasional yang dimiliki oleh Indonesia. Kumpulan puisinya dibukukan dalam buku berjudul Yang Maha Syahwat.
                Pada kajian Hunting Idea, kang Aguk dengan begitu rupa membeberkan rahasia-rahasia dari proses kreatif yang telah dijalaninya. Novel-novel kang Aguk sudah banyak yang dilayar  lebarkan, yang paling dikenang adalah Film Sang Kiai dari novelnya yang berjudul, Sang Penakluk Badai. Selain menulis novel, beliau juga menulis puisi, cerpen dan esai. Novelnya yang terbaru adalah Tuhan maaf Engkau Kumadu. Dan beberapa novel yang akan segera diagkat ke layar lebar.
                Betapa menariknya kajian Ramadhan yangsatu ini, para sastrawan senior tumpek blek menjadi sau. Pada saat mengkaji cerpen nama Sunli Thomas Alexander menjadi pembicaranya. Salah seorang cerpenis yang cepen-cerpennya sering dimuat di media massa ini menceritakan bagaimana seorang sastrawan harus kuat menjalani proses kreatifnya. Salah satu cerpen Sunli yang asik  untuk dibaca berjudul Sunat yang sudah diterbitkan oleh Jawa Pos pada 21 Juni 2015.
                Nama Abdul Wahid BS turut membuat nyantri di Baitul Kilmah menjadi lebih khidmat ngaji dan mengkaji sastra. Beliau merupakan sastrawan yang juga dosen bahasa Indonesia di IAIN Purwokerto. Beliau membahas tantang esai yang menarik. Karya puisi beliau dimuat dalam antologo puisi Lintang Panjer Wengi di Langit Yogya dengan judul Rumah di Atas Batu h. 231 , Percaya Pada Jam h. 232 , Asmaramaya h. 233 dan Aku Mampu Mencintaimu h. 234.
                Untuk pengenalan media massa pihak manajemen Baitul Kilmah mengundang Mawazi Abdurrahman. Beliau merupakan wartawan senior di Tribun. Selain wartawan penulis pada ngaji sastra di Baitul Kilmah juga datang redaktur jurnal Bangkit Kang Supriyadi dan Kang Ahmadun AS yang mengisi kajian resensi buku.
                Selain ngaji jurnalistik dan kepenulisan sastra di pesantren ini juga ngaji bagaimana membuat mini drama yang diasuh oleh Kang Didik L. Hariri yang merupakan penulis skenario film. Tidak hanya diajarkan bagaimana menulis naskah drama, Kang Didik juga mengajari bagaimana memerankan drama yang telah ditulis oleh santri Baitul Kilmah tersebut.
                Untuk melengkapi wawasan santri dalam dunia kepenulisan, para santri juga diajak mengunjungi kantor penerbitan buku milik Kang Aguk yaitu Glosaria Media di jalan Ringroad Selatan KM 5, Gamping, Sleman Yogyakarta. Disana para santri diberi wawasan bagaimana memanaj sebuah perusahaan penerbitan buku.
                Pada kajian terakhir para santri digembleng bagaimana teknik menerjemahkan buku-buku berbahasa Aran ke bahasa Indonesia oleh Kang Imam Nawawi penulis muda yang sekaligus menjadi direktur di penerbitan Glosaria Grup.
                Selama dua minggu sampai tanggal 5 Juli 2015. Begitulah pesantren Baitul Kilmah mendidik santrinya untuk menjadi seorang penulis sastra yang handal dan telaten dalam menjalani proses kreatifnya. ilmu yang didapat tentu tidak main-main karena ngaji langsung pada Syekhnya sastra Indonesia. Asyiknya nyantri dan ngaji di Baitul Kilmah Jogjakarta.
Bantul, 1 Juli 2015, Pesantren Baitul Kilmah pimpinan Kang Aguk Irawan MN.

0/Post a Comment/Comments