Apakah pcaran punya sejarah? Adakah akar sejarahnya, dia ada sebagai antitesa? Bukan budaya ikut-ikutan, justru ada akar kuat dalam sosiokultur masyarakat kita? Entah sudah berapa lama budaya itu ada dan eksis hingga sekarang.
Konon si tradisi ini hidup dan tumbuh atas sebuah proses mewarnai tangan dengan inai (tumbuhan pacar). Si laki-laki ini menyiapkan sepasukan pembaca pantun untuk menemui keluarga si perempuan. Ketika dua kubu saling berbalas pantun, lantas bertemulah dua belah keluarga. Ketika sepakat, kedua sejoli diinai tangannya. Inai ditangan menandakan keduanya mulai menjalin hubungan. Ketika jarak waktu tiga bulan atau warna inai memudar maka si laki-laki harus kembali mendatangi keluarga perempuan untuk menetukan jenjang selanjutnya. Jika lelaki tidak datang maka keputusan selanjutnya ada di tangan perempuan.
Berbeda dengan tradisi pertemuan di atas. Di eropa tradisi pacaran dengan inai tidak ada. Kata pacaran dalam bahasa inggris enggak tau apa istilahnya, dating atau love, yang jelas pihak lelaki disebut boyfriend sementara untuk perempuan disebut girlfriend. Tapi begini, bagi M. K. Degenova dan F. Philip Rice dalam bukunya Intimate Relationships, Marriages, and Families, pacaran disana ya disebut relationship agaknya. Sebagaimana dikutip dalam idntimes tradisi ini baru muncul setelah perang dunia pertama usai. Laki-laki yang ingin menjalin hubungan dengan perempuan harus mengenalkan diri secara formal kepada keluarga perempuan. Dalam hal ini, keluarga menjadi penentu dalam pernikahan anak perempuan. Selama abad 17 hingga 18 nasib pernikahan perempuan ditentukan oleh keluarga. Hingga kemudian "relationship" muncul untuk melawan tradisi pernikahan paksa tanpa proses saling mengenal itu. Pacaran dalam tradisi ini adalah sebuah proses mengenali untuk mencari pasangan hidup (menikah) yang dalam pengambilan keputusan terletak pada tanggungjawab pribadi bukan keluarga.
Ada beberala poin penting dari paparan di atas. Pertama, dari kedua tradisi di atas pacaran hakikatnya adalah proses perkenalan yang bukan tanpa batas waktu. Kedua, pacaran bukan aktivitas tanpa tujuan. Tujuan pacaran dalam dua tradisi di atas adalah untuk menemukan pasangan hidup dan kemudian menikah. Ketiga, dalam kedua tradisi di atas bagaimanapun juga lingkaran keluarga tetap memiliki peranan sentral meski keputusan terletak pada individu.
Agaknya kata pacaran adalah bahasa simbolik yang merujuk pada petanda: sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk memulai pernikahan. Ia awalnya bukan sekedar tradisi mewarnai tangan tetapi ada komitmen di baliknya. Sekarang, apakah pacaran masih dimaknai sebagaimana kedua tradisi di atas? Untuk keperluan ini, saya melakukan survei kecil-kecilan kepada kontak yang ada di whatsapp saya. Mereka yang saya tanya berlatang belakang mahasiswa S1, S2, S3 dan sekaligus kalangan santri.
Amaliyatus Sholihah: Menurutku pacaran adalah suatu hubungan yang terjalin antara laki2 dan perempuan dengan jalur mufakat atas dasar suka sama suka tanpa adanya unsur pemaksaan. Diawali dengan jadian dan diakhiri dengan keambyaran.
Dari sini kita paham ada soal: hubungan laki-laki dan perempuan, kesepakatan tanpa pemaksaan. Akan tetapi ia hanyalah fase basa-basi untuk saling memulai lalu sakit jiwa? Mungkin oleh karena itu, jadi relevan pendapat yang satu ini.
Inayatul Ulya: Pacaran itu status yang diinginkan bagi beberapa orang, tapi juga merupakan hal yang dihindari sebagian yang lain.
Apakah karena pacaran hanyalah euforia belaka? Sehingga ia tak ada makna dan hanyalah status apus-apus?
Dari sini kita jadi mengerti kenapa istilah jomblo adalah sebuah kejujuran. Jomblo tidak mau kepura-puraan, ia apa adanya. Seperti mas yang satu ini.
Akhid : Aku jomblo ok. Hahaaaaa jomblo sampai halal kang. Jodoh ws ono signature kang hehe.
Agak berbeda dengan teman-teman mahasiswa S1 di atas. Bagi mereka yang sudah diwisuda pacaran adalah sebuah etape pengenalan sekaligus penilaian. Ia proses saling menilai. Karena itu pula keduanya belum perlu saling merelasikan hati. Seperti kata mas-mas yang ini.
Slamet Muzakki: Pacaran untuk melihat wanita itu. Dari A-Z. Iya pacaran ngono si. Tapi untuk mencari tau gausah berelasi dengan hati.
Lebih jauh, sejatinya pacaran itu ya mung proses pendekatan bagi mereka yang sudah siap untuk jenjang perkawinan. Karena ia hanya pendekatan maka ada dua kemungkinan untuk berlanjut atau memulai lagi dengan yang baru. Seperti kisah mas-mas semester tua, labil, dan masih suka telat datang bimbingan skripsi yang satu ini.
Farhan Gifari : Proses pendekatan sebelum menuju jenjang yg serius. Tapi mempunyai 2 kemungkinan, antara berlanjut atau berhenti dan mencari lagi. Wkwkwk
Kita bisa pahami, jawaban-jawaban di atas hanya menghendaki relasi, perkenalan, pendekatan, penilaian, dan soal keseriusan hati. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sepenting itukah pacaran? Kita lanjutkan diskusinya.
Ternyata ya enggak penting-penting amat si sebenarnya. Pacaran itu ya mung karena saling suka aja. Gak lebih, bahkan kadang hanya drama-drama receh. Kalau sudah dewasa ya mending langsung buat tanggal nikah saja. Tapi enggak menutup kemungkinan ada orang pacaran yang berhasil ke jenjang pernikahan. Seperti kata embak-embak penerima beasiswa elpedepe yang satu ini.
Khotim Nafia: Pacaran adalah hubungan yang mengandung perasaan saling suka antara lelaki dan perempuan. Itu pengertian yang sangat luaas. Kekhususannya bergantung hubungan masing2. Sebagai cowok dewasa mending gausah pacaran. Fokus dulu kalo siap diusahakan langsung menuju pernikahan. Pacaran itu ada potensi drama2 nyeseknya. Karena masalah waktu dll, hahaha.
Akan tetapi bagi mahasiswa pascasarjana filsafat pacaran hanyalah simbol yang merujuk kepada dua orang yang disatukan oleh rasa nyaman, kedamaan visi dan misi serta komitmen. Mashooook?Mungkin pacaran adalah lembaga kehidupan yang mesti jelas arah dan tujuannya. Sebagaimana kata mas-mas penjaga burjo yang satu ini.
Khusnun Niam: Simbol dua orang yg memiliki kenyamanan di setiap posisi bersama. Visi dan misi sama, dan komitmen sama.
Bagi seorang mahasiswa doktoral, pacaran itu cuma pepesan kosong. Ia hanya pemuas ego. Dalam kehidupan hanya ada cinta yang diikat dengan komitmen bersama, pun tujuan yang sama. Pacaran itu candu! Dasar urilitarian!
Luthfi M: Tp seng jelas istilah pacaran iku lebih utk mencari kepuasaan, kesenangan, tren dll. Nek cinta engga. Soale aku dwe ngistilahke hubbku ro calonku dari pertama kali udu pacaran tp komitmen bersama dengan tujuan yang sama.
Sekarang saatnya Kang Santri berbicara. Baginya pacaran sebagai istilah dan tindakan tidak perlu dan tidak penting. Berpikir positif saja, pasti dikasih jodoh yang baik. Perbaiki prasangkamu, prasangkamu, prasangkamu! Itulah kata kang kirom.
Kirom: pacaran itu ga ada mas. Soal calon biarkan ia menjadi kejutan. Toh prasangka yang baik kepada Allah pasti akan mewujud. Kata-Nya kan Ana 'inda dhonni abdi bi.
Sekarang kita bisa memastikan bahwa semakin usia bertambah dan kesadaranpun berkembang pacaran itu ya proses yang penting ga penting. Intinya ia proses mengenal, memantapkan, mengikat komitmen, membuat visi dan tujuan yang dibatasi oleh "jatuh tempo". Tapi ada jalan lain, ketika perkenalan bukan sesuatu yang penting lagi, bukan apa-apa, karena ia sudah mantap dengan janji Allah. Ia tak perlu lagi berlama-lama memikirkan ini-itu. Komitmennya hanya sama Allah untuk selanjutnya ke jenjang pernikahan.
Post a Comment